www.medanoke.com- Medan- PDI Perjuangan yakin masyarakat Sumatera Utara memiliki tradisi diskusi yang begitu kuat, kecerdasan dan logika yang tinggi sehingga bisa melihat mana pemimpin yang punya komitmen bagi rakyat dan mana pemimpin jalan pintas.
“Bagi PDI Perjuangan, politik itu diisi oleh nilai-nilai moral, etika dan budi pekerti. Kalau Partai yang membesarkannya ditinggalkan, apalagi rakyat kecil. Sehingga, kami percaya di Sumatera Utara dengan tradisi diskusi yang begitu kuat, kecerdasan dan logika yang begitu tinggi, masyarakat akan bisa melihat mana pemimpin jalan pintas, mana pemimpin yang punya komitmen bagi rakyat, bangsa dan negara, kemajuan di Sumatera Utara,”kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto dalam konferensi pers Rakerdasus DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara, Minggu (6/10/2024).
Hasto Kristiyanto mengungkapkan, Pilkada Sumatera Utara (Sumut) 2024 harus menjadi momentum memilih pemimpin yang sudah berproses dari bawah. Dia pun mengimbau masyarakat tidak memilih pemimpin yang mendapat jabatan karena hubungan kekerabatan.
“Pak Edy ini sosok pemimpin digembleng dari bawah. Pak Edy ini dididik secara infanteri. Nah, kalau infanteri, kalau perang itu di depan. Bukan bapaknya yang di depan,” jelas Hasto.
Di dunia militer, lanjut Hasto, Edy menapaki karir dari level bawah, mulai dari pangkat letnan, kapten, kolonel, hingga letnan jenderal dan menjabat Pangkostrad.
“Jadi Pak Edy ini pemimpin yang berjuang dari bawah, bukan yang dikarbit dan karbitan. Maka pemimpin yang berjuang dari bawah, itulah makna hakikat kepemimpinan,” kata Hasto.
Menurut Hasto, pengalaman Edy kemudian dilengkapi oleh pasangannya, Hasan Basri Sagala yang memiliki tradisi kuat sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU).
“Hasan Basri ini punya tradisi NU yang kuat. Doanya menyejukkan. Kepemimpinan Pak Edy yang berproses dari bawah, berpadu dengan naungan doa kader Nahdliyin, akan menyejukkan Sumatera Utara ini,” tambahnya.
Antisipasi TSM
Menanggapi soal kekhawatiran berlangsungnya tindakan yang dapat dikualifikasi sebagai terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) Hasto memastikan PDI Perjuangan sudah menyiapkan system untuk menangkal kecurangan itu dan memberi tugas khusus kepada mantan Menkumham Yasonna Laoly.
“Kepada seluruh masyarakat kami juga menghimbau, apabila ada aparatur-aparatur negara, sumber daya negara yang dikerahkan untuk TSM maka jangan takut untuk melaporkan karena kebenaran di dalam proses demokrasi itu akan menentukan masa depan Sumatera Utara dan masa depan Indonesia,”tegas Hasto.
Dia juga menyebutkan jika PDI Perjuangan melihat secara jernih apa yang terjadi pada Pemilu 2024 diwarnai praktek-praktek penggunaan kekuasaan negara dan sumber daya negara.
“Rakyat tidak menginginkan itu. Sekarang ada suatu daya penolakan yang begitu besar yang masuk melalui civil society, itu menunjukkan agar apa yang terjadi di dalam Pemilu yang lalu tidak direflikasi di dalam pilkada. Sehingga kekuatan civil society lah yang akan ikut mengawal. Jadi pak Edy Rahmayadi dan pak Hasan Basri Sagala akan menampilkan dirinya menang secara terhormat sebagai seorang ksatria, Jangan menang dengan menggunakan nama ayahnya,”pungkas Hasto. (Rel)