
Medanoke.com – Hal itu disampaikan Gus Irawan dan Asri Ludin Tambunan di acara Diskusi Publik dan Ikatan Alumni Magister Studi Pembangunan (IKA MSP) FISIP USU, yang dirangkai dengan buka puasa bersama di Ruang Serbaguna Kampus FISIP USU, Sabtu (22/3/2025).
Diskusi ini secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor II USU, Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, dan menghadirkan 2 narasumber masing-masing Bupati Deli Serdang dr. H. Asri Ludin Tambunan dan Bupati Tapsel H. Gus Irawan Pasaribu SE AK MM CA, yang dipandu moderator Dadang Darmawan Pasaribu, S.Sos M.Si.
Kegiatan diskusi ini di hadiri para peserta yang berasal dari akademisi, dan beberapa organisasi kemahasiswaan.
Sedangkan isu utama yang dibahas adalah kebijakan pemerintah Presiden Prabowo Subianto terkait program Asta Cita.
Pada kesempatan berbicara, ketua Umum IKA MSP FISIP USU, H Sugiat Santoso menekankan bahwa program Presiden Prabowo Subianto memiliki dampak besar bagi masyarakat. Karena itu, perlu kajian yang lebih mendalam terkait urgensi penetapan Asta Cita tersebut.
“Penetapan ini perlu dikaji lebih lanjut agar transparan dan sesuai dengan kepentingan publik,” kata Sugiat Santoso yang juga Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI dari Fraksi Gerindra.
Pada sesi diskusi, kedua bupati yaitu dr. H. Asri Ludin Tambunan dan Gus Irawan Pasaribu SE AK MM CA menyampaikan apa-apa yang mereka temui semenjak mereka menjabat sekitar satu bulan lalu, yang isinya kurang lebih sama, yaitu bagaimana menguatkan konsolidasi pada internal yaitu internal aparatur negara di jajaran mereka. Dimana Gus Irawan mengatakan bahwa anggaran yang paling banyak sejauh ini justru ke internal dan bukan ke pembangunan. Sebagai contoh adalah pemberdayaan PPPK di bidang kesehatan di wilayahnya. Hal ini menurutnya tidak masuk akal saat dirinya mengunjungi beberapa puskesmas di satu kecamatan di mana ada 145 orang petugas yang pada hari itu cuma melayani 18 orang pasien, terdiri dari 14 orang pasien BPJS dan 4 orang pasien non BPJS.
“145 orang melayani pasien 18 orang, kalau mereka semua disuruh duduk nggak cukup kursi untuk mereka duduk itu, “ujar Gus Irawan.
Menurut Gus itu lah penyebab anggaran belanja pembangunan jauh berkurang. Saat ini menurut Gus Irawan ada 3.700 orang PPPK yang menumpuk di berbagai puskesmas disana (Tapanuli Selatan), sedangkan bidan desa tidak ada lagi. Dan para PPPK itu tidak dapat di pindahkan ke posisi lain karena itu melanggar aturan birokrasi, dimana mereka terdaftar pada posisi mereka sekarang yang tidak dapat di pindahkan ke posisi lain. Dan menurut Gus Irawan hal ini harus di sikapi dengan cepat demi efisiensi anggaran. Namun begitu Gus Irawan tetap akan mencoba juga untuk menilik kembali anggaran-anggaran di bidang lain di bawah kendalinya untuk di alokasikan ke dana pembangunan.
Selain itu Gus Irawan meminta kepada bapak Sugiat Santoso agar di sampaikan ke pusat untuk menyediakan tanah lebih kurang lima hektar demi membangun rumah sakit. Karena menurut Gus Irawan hingga saat ini belum ada rumah sakit yang standar disana.
“Bayangkan kalau ada orang (pasien) dirujuk dari sana ke Medan, bisa-bisa sebelum sampai ke Medan udah lewat, “ujarnya.
Sementara Asri Ludin Tambunan mengatakan bahwa dirinya yang belum genap sebulan menjabat sebagai bupati langkah awal yang di lakukannya adalah membedah dinas-dinas di bawah kewenangannya.
“Sebagai contoh DPA dinas Pendidikan 1,4 triliun, setelah saya bedah semuanya ternyata saya bisa mengeluarkan 110 miliar disitu. Pemborosan anggaran yang bisa di kerjakan untuk yang lain (di alokasikan ke bidang lain yang membutuhkan red), “ujarnya.
Adapun yang hadir pada Diskusi dan buka puasa bersama yang dilaksanakan Ikatan Alumni Magister Studi Pembangunan (IKA MSP) FISIP USU ini adalah Herdensi Adnin. S.Sos. MSP (Sekretaris Umum), Dr. Laksamana Putra. SH. MSP. (Ketua Harian), Wakil Rektor II Dr. Muhammad Arifin Nasution, S.Sos., M.SP., Dekan FISIP USU Dr. Hatta Ridho, S.Sos., MSP, Ketua PWI Sumut H Farianda Putra Sinik, Dekan Fisip UMSU Dr. Arifin Saleh, S.Sos., MSP, segenap pengurus IKA MSP FISIP USU dan mahasiswa. (Pujo)