Medanoke.com-Debat perdana calon Walikota Medan di Four Points Medan pada Jumat 8 November 2024 malam justru menjadi seperti ajang membongkar kinerja buruk calon Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution.
“Dalam debat tersebut terbongkar beberapa permasalahan serius yang ada di Kota Medan, dan menjadi sorotan ketiga pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota,” ungkap Ketua Ikatan Sarjana Al Wasliyah Sumatera Utara Abdul Thaib Siahaan ST, MIKom, kepada wartawan di Medan, Sabtu 9 November 2024.
Menurut Thaib Siahaan, dua kandidat yaitu Prof. Ridha Darmajaya calon Walikota nomor urut 2, dan Hidayatullah calon Walikota nomor urut 3, menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi Kota Medan, seperti banjir yang semakin parah, tingginya angka kemiskinan yang membuat Medan menjadi kota termiskin di Sumatera Utara, dan tingginya kasus narkoba, serta kemacetan yang sudah akut.
Kedua kandidat tersebut, lanjut Siahaan, mengkritisi kinerja Walikota Medan Bobby Nasution, dan mempertanyakan langkah langkah konkret yang telah diambil untuk mengatasi segala persoalan yang ada.
Dalam debat tersebut Prof. Ridha dan Hidayatullah menawarkan solusi melalui visi dan misi mereka masing masing untuk mengatasi permasalahan Kota Medan, termasuk janji untuk memperbaiki manajemen lalu lintas dan memperhatikan kesejahteraan warga.
Mereka mengkritisi kebijakan pembangunan yang selama ini dianggap hanya berfokus pada infrastruktur fisik tanpa memperhatikan pengembangan sumber daya manusia.
Menurut mereka, lanjut Siahaan, Kota Medan sebagai kota metropolitan seharusnya tidak memiliki angka kemiskinan tertinggi di Sumatera Utara, yang mana menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara pembangunan fisik dan non-fisik yang terjadi di bawah kepemimpinan Bobby Nasution.
“Salah satu topik yang cukup panas dalam debat adalah permasalahan narkoba,” kata Thaib Siahaan.
Diketahui, kata Siahaan, Bobby Nasution, yang kini mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara pernah menyinggung permasalahan narkoba di Sumatera Utara dan mempertanyakan komitmen Gubernur sebelumnya dalam menangani hal tersebut.
Namun, pernyataan ini justru dianggap ‘menampar’ dirinya sendiri, mengingat Kota Medan menjadi wilayah dengan angka kasus narkoba tertinggi di provinsi ini.
Apalagi, calon wakilnya, H. Surya adalah Bupati Asahan, yang wilayahnya juga dikenal sebagai pintu masuk narkoba melalui pelabuhan tikus dari Negara Malaysia.
“Persoalan narkoba ini melibatkan jaringan lintas negara, sehingga memerlukan penanganan terpadu di tingkat nasional dengan melibatkan berbagai instansi, tidak hanya mengandalkan komitmen seorang Gubernur Sumatera Utara,” bebernya.
“Pesan ini menjadi catatan bagi Bobby Nasution jika nantinya diberi amanah untuk memimpin Sumatera Utara,” sambung Thaib Siahaan.
Selain narkoba, kemacetan di Medan juga menjadi sorotan utama. Kandidat nomor urut 2 dan 3, kata Thaib, menyebut kemacetan di Kota Medan saat ini semakin parah dan sudah pada tingkat akut.
Hal ini diperparah oleh kebijakan penyempitan jalan di pusat kota yang kurang efektif dalam mengimbangi lonjakan jumlah kendaraan yang melewati Kota Medan.
Kritik tajam dari para calon Walikota Medan inipun menjadi sorotan masyarakat dan menimbulkan pertanyaan atas kemampuan manajerial Bobby Nasution dalam memimpin Kota Medan.
“Meski Bobby Nasution dinilai gagal oleh sebagian besar masyarakat Kota Medan karena ketidakmampuannya, tetapi pencalonannya dalam kontestasi Pilgub Sumatera Utara 2024 tetap menjadi hak politik yang harus kita hormati bersama,” tutup Abdul Thaib Siahaan. (Pujo)