
Medanoke.com | Tidak dapat di pungkiri bahwa suku Minang adalah suku yang memiliki budaya merantau, bukan hanya pada tingkat nasional, hampir di seluruh pelosok di dunia dihampiri perantau dari bumi yang sebagian besar alamnya sejuk dan indah ini.
Kali ini kita akan membahas tentang sebuah Nagari yang mungkin tidak banyak orang yang kenal namanya, namun menghasilkan banyak perantau yang terbilang berhasil.
Konon nagari (kelurahan red) itu terletak di seputaran danau Singkarak. Danau Singkarak adalah bagian dari hidup mereka, sebagai sumber air, dan penyedia berbagai aspek dalam keseharian. Nagari itu bernama malalo, sebuah kelurahan yang termasuk dalam kecamatan Batipuh Selatan.
Sedikit tentang Danau Singkarak, danau ini adalah sebuah danau yang membentang di dua kabupaten yang terdapat di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar. Dan Nagari Malalo merupakan bagian dari Kabupaten Tanah Datar.
Berbeda dengan di kota-kota besar yang kita ketahui, nagari di desa-desa di Sumatera Barat ukurannya bisa sangat luas mengingat tempat ini sebagian besar adalah lahan pertanian dan perladangan.
Menurut berbagai sumber, Kelurahan Malalo sendiri berdiri di atas tanah seluas 17,20 km² dengan jumlah penduduk lebih kurang 2.453 jiwa.
Nagari Malalo meliputi banyak desa di dalamnya, diantaranya adalah Sumagek, Padang Laweh, Guguak Malalo, Dua Koto, dll.
Nagari Malalo itu sangat lah indah, itu yang pernah langsung di saksikan oleh penulis. Hamparan bukit yang mengelilingi danau, sehingga hampir setiap meter dimana penulis berdiri adalah spot foto yang apik (epic).
Belum lagi makanan khasnya yang luar biasa lezat dan juga sehat, karena terbuat dari daun merunggai (daun kelor) yang memiliki banyak khasiat, direbus dicampur dengan berbagai daun lainnya, potongan kentang, dan bumbu khas Malalo. Mereka menyebutnya sala barai, yang hampir setiap tahun diadakan festival pembuatannya.
Selain Sala Barai yang menurut pendapat penulis seperti sup sayuran karena aromanya, Malalo ini juga terkenal karena makanan khas lainnya yaitu ikan bilih (bilis) yang merupakan ikan endemik danau Singkarak. Ikan ini yang paling besar ukurannya cuma sebesar jari kelingking, memiliki protein tinggi dan rasa yang lezat. Dan saat ini di sediakan di banyak rumah makan Minang di Indonesia.
Sedangkan “Urang Malalo” yang merantau di Tanah Deli terutama di Kota Medan berjumlah sekitar seratus orang.
Beberapa dari mereka sempat menjadi kepala Instansi, ada Dekan, Petinggi Partai, sedangkan yang lainnya seperti umumnya urang Minang adalah pedagang dan pengusaha.
Di Kota Medan, sama dengan di hampir seluruh Kota di Nusantara “Urang Malalo” membuat organisasi silaturahmi yang bernama Ikmal (Ikatan Keluarga Malalo). Demikian yang di tuturkan Ketua Ikatan Keluarga Malalo di Medan, yaitu Herkules Sutan Majolelo, didampingi Wakil Ketua Adinul Huda Koto, di hadapan wartawan pada Minggu 6/4/2025.
Menurut pria yang di panggil Herkules ini, adapun Ikmal awalnya sudah di bentuk sejak tahun 60-an.
“Cuma saya tidak ingat kapan pastinya, “terangnya.
Menurut Herkules, para pendahulu mereka mendirikan perkumpulan orang Malalo yang merantau ini untuk mengikat dan menjalin silaturahmi, agar dapat bergotong royong dan saling membantu kepada sesama orang satu nagari di perantauan.
Anggota Ikmal Medan sendiri berasal dari berbagai desa (jorong red) yang bernaung di dalam nagari Malalo yang berada di Kota Medan.
“Jadi budaya silaturahmi dan gotong royong ini adalah ciri khas orang Indonesia, dan kami berusaha menerapkannya dengan sepenuh hati, “ujar Herkules.
Adapun kegiatan rutin organisasi ini adalah sebulan sekali mengadakan pertemuan, bergiliran di rumah para anggotanya. Disaat itu mereka akan saling memperkenalkan anggota keluarga mereka kepada teman-teman se-perantauan, berbagi cerita sebagai layaknya saudara di perantauan.
Selain pertemuan rutin ini, Ikmal Medan juga akan berusaha menggalang bantuan dan menjenguk apabila ada anggotanya yang sakit, atau pun di timpa kemalangan lain, seperti layaknya kepada anggota keluarga.
Harapan Herkules ke depannya agar para perantau dari Nagari Malalo untuk tidak malu-malu lagi untuk dapat hadir di setiap pertemuan yang diadakan Ikmal.
“Kami tentunya sangat senang bertemu orang satu kampung di perantauan, karena bisa bertukar kabar dan informasi, tentang keadaan kampung dan kondisi kehidupan kita di perantauan, “tutupnya.(Pujo)