
Deliserdang, medanoke.com | Suasana Dusun Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di depan pintu gerbang PT. Universal Gloves terlihat dipadati sekitar seratusan orang warga pada Senin (6/10/2025).
Warga hadir untuk menyampaikan aspirasi sekaligus komplain terhadap PT. Universal Gloves yang dianggap menzalimi mereka.
Mereka – para warga yang menghadiri demo ini merupakan warga dusun I yang bertempat tinggal di sekeliling gudang penimbunan cangkang sawit yang merupakan bahan bakar untuk dikonsumsi sebagai bahan bakar PT. Universal Gloves.
Mereka protes karena aktivitas alat-alat berat di tempat penimbunan cangkang sawit siang dan malam menimbulkan getaran dan suara bising yang sangat mengganggu, bahkan saking kuatnya getaran beberapa rumah warga menjadi retak. Selain itu, masih menurut warga, air sumur mereka diduga tercemari hingga berubah warna dan berbau.
“Itu belum lagi bau yang sangat menyengat yang ditimbulkan dari cangkang yang ditumpuk, mengganggu pernapasan, “ujar seorang warga dilokasi.
Bahkan dua orang warga berusia lanjut mengalami sesak napas diduga karena polusi udara disebabkan aroma tak sedap cangkang yang bertumpuk, dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Hal-hal tak mengenakkan yang dialami warga sekian lama ini akhirnya mereka tumpahkan di depan gerbang PT. Universal Gloves. Warga sambil berteriak marah, membakar ban di depan gerbang Gudang Cangkang milik PT Universal Gloves (UG),
Warga menuding gudang milik PT. Universal Gloves tersebut sebagai biang keladi yang menebar polusi dan merusak lingkungan sekitar sejak awal berdiri.
Kilas balik, sebelumnya – dari pengamatan dilapangan, tempat penimbunan cangkang sawit milik PT. Universal Gloves tersebut, langsung bersebelahan dengan pemukiman warga Gg. Listrik dan Gg. Sahabat, Dusun I Desa Patumbak Kampung. Dan menurut beberapa warga yang ditemui wartawan, bahwa pembangunan gudang ini yang dimulai pada 15 April 2025 tidak didahului pemberitahuan, atau sosialisasi sebelumnya, sehingga warga tidak mengetahui kalau gudang itu akan dijadikan tempat penimbunan cangkang.
Timbunan cangkang, yang menurut amatan dilapangan nyaris setinggi rumah bertingkat dua, membuat warga sangat khawatir. Mereka takut timbunan itu, dengan alat berat yang bekerja diatasnya sewaktu-waktu dapat tergelincir lalu menghantam rumah-rumah disebelahnya.
“Kami warga Gang Sahabat dan Gang Listrik ingin hidup sehat! Tutup PT UG!” teriak Sumantri, koordinator aksi, di tengah kepulan asap ban yang terbakar.
“Air sumur kami berubah warna dan bau busuk. Selama puluhan tahun tinggal di sini, baru sekarang kami alami begini,” ungkap seorang warga lainnya dilokasi demo dengan nada kesal.
Warga juga menduga sumber masalah yang mencemari udara dan air tanah, berasal dari aktivitas bongkar muat cangkang yang dilakukan menggunakan alat berat dan penyiraman cairan kimia yang disebut “infektan”. Zat itu, kata warga, menimbulkan bau menyengat dan membuat beberapa warga jatuh sakit.
“Periksa limbah PT UG! Mereka menciptakan polusi yang tidak sehat,” teriak massa dalam orasinya.
Selain menuntut penutupan gudang, warga juga mendesak agar aparat tidak berkomplot dengan pihak perusahaan.
“Hapuskan kongkalikong dengan pejabat! Hentikan kriminalisasi terhadap warga!” teriak mereka bergantian.
Selain terkait dugaan pencemaran, warga juga marah karena beberapa waktu sebelumnya protes warga ditanggapi dengan tantangan dari beberapa sekuriti PT. Universal Gloves yang disebut menantang warga berkelahi.
“Bukannya menyadari kesalahan, mereka malah nantang berkelahi. Kami makin marah!” kata Sumantri.
Ironisnya, dua orang warga yang terlibat cekcok dengan karyawan dan sekuriti PT. Universal Gloves, justru dilaporkan ke polisi atas dugaan merusak alat berat milik perusahaan. Ini juga yang membuat warga semakin geram.
“Ini pelecehan! Kami yang dirugikan, malah kami yang dilaporkan,” teriak salah satu warga di tengah kerumunan.
Aksi unjuk rasa yang berlangsung di bawah terik matahari ini menimbulkan kemacetan panjang di sepanjang jalan menuju PT. Universal Gloves, dan warga yang berdemo mengatakan tidak akan menghentikan aksi sebelum pihak manajemen menemui mereka.(Pujo)