Budaya

MEDAN : medanoke.com,  Alumni SMA Negeri 6 Medan dari berbagai angkatan (1967-2005) sabtu (18/03/23) mengadakan Temu Kangen dan kembali merajutt tali silaturahmi, dalam rangka Punggahan menyongsong
Ramadhan 1444 H, sembari bersedekah ke anak-anak yatim piatu, kaum dhuafa, anak-anak jalanan dan para pelintas jalan di seputaran Jalan Masjid Raya Al Mashun, Jl Sisingamangaraja, Medan.

Mengambil tema ‘Saling Bermaafan dan Bersedekah Menuju RidhoNya Allah’, kegiatan temu kangen yang di isi dengan kegiatan sosial ini dipandu Yance Abdullah 690 dan Risna Nasution 687 berlaangsung meriah, para wakil alumni angkatan masing masing menyampaikan pesan dan kesannya. Seperti yang disampaikan HA Nuar Erde 685 dan Hendra Hakim 693, bahwa acara tersebut sangat baik dan perlu ditingkatkan guna mempererat tali silaturahmi, untuk saling kenal dan bisa saling membantu sesama alumni SMA Negeri 6 Medan. “Untuk acara-acara mendatang akan kita meriahkan lagi. Selama ini yang sudah kita buat baik dan kita planningkanlah buat acara lebih baik dan lebih meriah lagi. Intinya persaudaraan itu kita lebih eratkan,” ujar HA Nuar Erde dan Hendra Hakim.

Ketua Presedium Alumni SMA Negeri 6, H Muhammad Husni 687, melalui Mukhlis alumni 677, Ketua PHBI Alumni SMA Negeri 6, menyatakan terima kasihnya kepada seluruh alumni SMA negeri 6 lintas angkatan. Baik yang hadir maupun yang belum bisa hadir, yang di Medan maupun yang di luar kota. “Acara ini terselenggara berkat kepedulian dan kebersamaan kita para alumni dari berbagai lintasan. Baik itu dukungan moril maupun dukungan mtereil. Selain kita kumpul memperkuat tali silaturahmi, kita juga makan siang bersama. Sebelumnya kita juga tadi sudah membagi-bagikan sekira 800 bungkus nasi dengan lauk pauknya kepada saudara-saudara kita yang melintas di Jalan Masjid Raya dan sekitar,” ungkapnya.

Untuk memantapkan ibadah para alumni SMAN 6,  siraman rohani oleh Ustad Hamzah Siregar  memaparkan bahwa Punggahan dan silaturahmi ini adalah momentum pertemuan atau reuni salah satunya untuk menghilangkan kesombongan. Sebab kita semua saling rangkul saling damai, saling kenal dan saling sayang. Dalam hidup ini paparnya, Allah SWT mengajarkan kita untuk saling memberi salam dan menjawabnya, sebab itu adalah doa. Kedua adalah memberi makan kepada siapapun, bersilaturahmi dan sholat di waktu malam ketika orang-orang lain sedang tidur.

“Alhamdulillah semua itu sudah kita kerjakan hari ini, yaitu memberi salam, memberi makan, bersilaturami yang dapat membuat umur berkah serta bertambah rezeki. Selanjutnya Insyaa Allah kita dapat mengerjakan shalat malam apalagi dalam Ramadhan 1444 H. Kalaulah semua itu konsisten kita amalkan, janji Allah SWT, kita akan masuk ke dalam surganya dengan tenang dan senang.”  ujarnya dalam siraman rohani singkat.

Kegiatan yang sudah lama direncanakan ini tepat mengambil momentum menyambut Ramadhan 1444 H, sehingga suasana haru dan sukacita serta saling ber maaf an untuk mempererat jalinan tali silaturahmi diantara alumni.
(aSp)

Jakarta – medanoke.com, Dalam Perayaan Natal Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2022 pada Sabtu 17 Desember 2022, Jaksa Agung ST Burhanuddin menyampaikan bahwa perayaan Natal tahun ini memiliki makna spesial, oleh karena hampir 3 tahun kita menghadapi ujian berat berupa pandemi Covid-19 dan bahkan akhir-akhir ini beberapa bencana alam juga masih menguji keteguhan keimanan.
 
“Semoga hal ini menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan kita terutama saling membantu dan berempati bagi mereka yang masih mengalami kedukaan, kata Jaksa Agung.
 
“Saya mengajak seluruh jajaran Adhyaksa khususnya warga Kristiani untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, meningkatkan solidaritas, mencurahkan kasih kepada sesama, dan saling bergotong royong dalam membantu sesama demi terwujudnya cinta kasih sesama manusia,” ujar Jaksa Agung.
 
Jaksa Agung juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh umat Kristiani di Kejaksaan RI yang telah mendukung program-program Kejaksaan dan berkinerja positif bagi institusi sehingga dapat meraih kepercayaan masyarakat.
 
Jaksa Agung berharap agar di tahun yang akan datang, dapat kembali diteruskan untuk berkinerja positif dan baik untuk meraih prestasi bersama. 
 
Perayaan Natal tahun ini walaupun dirayakan secara sederhana, tidaklah mengurangi khidmatnya acara yang diselenggarakan.
 
“Saya juga mengimbau sebagai Aparat Penegak Hukum, hendaknya kita hidup berlandaskan keimanan, kebajikan pengetahuan yang dilandasi kesederhanaan dan cinta kasih sehingga dapat meneladani peristiwa kelahiran Yesus Kristus itu sendiri,” ujar Jaksa Agung.
 
Dalam kesempatan, Jaksa Agung juga mengharapkan dalam pelaksanaan tugas sebagai Aparat Penegak Hukum agar mengedepankan hati nurani, cinta kasih, toleransi, jujur, dan selalu bersyukur dalam keadaan apapun.
 
Dalam setiap tindakan yang dilakukan, sehingga kita dapat menyebarkan kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat, di lingkungan kerja dan yang pada akhirnya akan menggerakkan naluri persaudaraan kita semua, Tambahnya
 
Di akhir sambutan, Jaksa Agung menyampaikan agar seluruh warga Adhyaksa tetap semangat dan optimis dalam menjalankan tugas di Kejaksaan RI untuk memberikan pengabdian yang terbaik kepada institusi, masyarakat, bangsa dan negara.
 
Perayaan Natal Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2022 dihadiri oleh Ketua Komisi Kejaksaan RI, Pejabat Eselon I, II, dan III di lingkungan Kejaksaan Agung serta warga Adhyaksa yang merayakan Natal.
 
Perayaan Natal dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan. (aSp)

MEDAN –  medanoke.com,  Merasa prihatin serta terpangil secara moral dan sosial, segenap unsur pengurus dan anggota Forwaka Adhyaksa Sumut mengunjungi pasangan suami istri lanjut usia (Pasutri Lansia) Tamat Tarigan (67) dan Dayang br Ginting (68) yang dalam beberapa tahun terakhir menderita lumpuh dan kesulitan ekonomi, seperti yang telah diberitakan melalui media massa beberapa waktu laludi kediamannya Jalan Jamin Ginting KM 10,5 lingkungan III, Gang Kenanga, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa 13/12/2022

Aksi cepat tanggap dari Forwaka Adhiyaksa Sumut ini dilakukan memberikan bantuan sosial berupa paket sembako, matras, bantal dan sejumlah uang yang diserahkan langsung  kepada keluarga Tamat Tarigan dan Dayang br Ginting dikediaman mereka untuk sekedar meringankan beban hidup sementara.

Dikomandoi langsung oleh ketua Forwaka Adhyaksa Sumut, Donald Panggabean, SE didampingi Bendahara Prihat Pangabean serta jajaran pengurus, untuk membesuk langsung dan melihat kondisi yang dialami pasangan suami-istri lanjut usia, yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari berdasarkan derma dan bantuan dari tetangga atau masyarakat sekitar.
 
“Ini merupakan inisiatif dari kami wartawan Forwaka memberikan bantuan. Kita memberikan paket sembako dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru 2023. Semoga bantuan yang kami berikan ini, sedikit dapat meringankan beban hidup mereka,” ucap Donald Panggabean prihatin.
 
Donald Panggabean menambahkan kegiatan ini merupakan salah satu program kerja sosial Forwaka Adhyaksa Sumut yang rencanaya akan terus berkelanjutan setiap tahun dan menjelang perayaan hari besar keangamaan.
 
 
“Berbagi kasih dengan saudara kita yang sedang sakit. Tentunya kegiatan ini sejalan dengan tugas kita sebagai Wartawan dan mendukung program Kejaksaan khususnya Kejati Sumut. Kita juga akan menyampaikan, agar menjadi atensi dan perhatian bapak Kejaksaan Tinggi Sumut, sesuai dengan program Jaksa yang Humanis. Salam Forwaka Adhyaksa. Tetap komit dan kompak,” ungkap Donald.
 
Sementara itu, Adik Tamat Tarigan, Rulau br Tarigan yang menerima bantuan, merasa terharu dan mengucapkan terima kasih banyak kepada Forwaka Adhyaksa Sumut yang sudah membantu memberikan tali asih. terlihat Tamat Tarigan terbarimg lemah di lantai semen rumah tersebut.
 
“Kami pihak keluarga  sangat berterima kasih kepada Forwaka Adhyaksa Sumut yang telah datang memberikan bantuan,” ucap adik Tamat Tarigan, Rulau.
 
Sedangkan Kepling III Kelurahan Simpang Selayang, Riki Sianipar mengatakan, pasangan suami istri lansia ini sejak 2 tahun lalu mengalami kelumpuhan sehingga kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
 
“Mereka ini hanya tinggal berdua dan dengan kondisi yang sama-sama mengalami kelumpuhan,  maka jangankan untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan ekonominya, Untuk melakukan aktivitas sehari-hari saja sulit,” jelas riki.

Pasutri ilansia ini terpaksa menjalani hidup dalam keprihatinan, setelah mereka berdua, mengalam sakit lumpuh dan tidak dapat beraktifitas dan bekerja seperti biasanya, pada akhirnya berimbas   ke perekonomi mereka.
  (aSp)

Medan – medanoke.com,Gabungan para General Manager ( GM ) Hotel se SUMUT mengelar Musyarah daerah  ke III IHGMA ( Indonesian Hotel General Manager Association )  yang merupakan, agenda 3 Tahun sekali untuk pemilihan Ketua baru memang harus dan wajib dilaksanakan, Musda III diserselenggara tanggal 9 Desember 2022 di Hotel Santika Diandra Medan  dengan mengusung Tema “PULIH PARIWISATAKU….BANGKIT INDONESIAKU” dan acara ini dihadiri 250 orang undangan dari intansi Pemerintah ketua Asosiasi profesi parawisata, sekolah SMK parawisata dan lain-lain.

Ketua panitia, Samad saat didampingi oleh Afwandi Ketua Bidang Humas IHGMA Sumut  menggatakan persiapan Musda terselenggarakan berkat dukungan semua Pihak terutama semua General Manager hotel yang ada di Hotel Medan dan sebelum Musda telah diadakan rapat Internal panitia, dalam pelaksanaan Musda berjalan lancar dan didukung oleh semua Assosiasi Pariwisata khusus asosiasi Akomodasi ( Hotel) serta berbagai Sponsior, UKM serta  stakeholder selama ini bekerjasama dengan industri hotel di Sumut. Selain Musda, diadakan juga pameran, hiburan dan door prize.  

Musda IHGMA 3 ini bertujuan untuk memilih pengurus baru periode 2022-2025 karena priode sebelum telah berakhir,dan  Musda ini dilaksanakan satu hari penuh dari pembukaan sampai sidang Pleno serta, Pemilihan Ketua baru dan malamnya di adakan Pelantikan ketua terpilih & Penggurus.

Pada acara pembukaan oleh Gubenur Sumatera Utara diwakili oleh Kepada Dinas Parawisata Sumut yaitu Bapak Zumri Sulthony,S.Sos.M.Si  dan di damping Kasiparbud Medan Bapak Agus Suriyono,  Ketua PHRI dalam sambutan menyatakan, Program2 IHGMA Sumut terutama dalam pengembangan SDM Pariwisata sangat dirasakan manfaatnya, terutama di kabupaten kota seputaran objek wisata super prioritas Danau Toba dan beliau  berharap agar program pengembangan SDM pariwisata tersebut dapat tetap dijalankan, dikembangkan & diperluas cakupannya. Selain itu juga program IHGMA Sumut yg berfokus ke pemasaran potensi objek2 wisata di kabupaten kota di sumatera utara layak diapresiasi krn sangat membantu dinas pariwisata di kabupaten kota.

Setelah dibuka Musda IHGMA ke III dilanjutkan Sidang Pleno untuk memilih ketua Baru priode Tahin 2022 – 2025, dalam siding pleno ini singkat dan tepat setelah penggurus priode tahun 2019-2022 semmua penggurus demisioner dan Ketua Achnad Zulham  memberikan laporan pertanggung jawaban dapat diterima oleh semua anngota, danka dilanjutkan pemilihan ketua baru priode 2022 – 20225 terpilih kembali Bapak Achmad Zulham,,,terpilih secara Aklamasi karena calon Ketua Tunggal.

Pada Malam hari nya dilanjutkan pelantikan Ketua terpilih  Achmad Zulham dengan semua penggurus dilantik oleh ketua DPP dan diwakli oleh Bapak Braja Eka Sukma (Ketua Bidang Akreditasi & Sertifikasi DPP IHGMA).

Ketua terpilih menyatakan keberhasilan selama menjadi ketua berkat dukunggan semua penggurus, peran serta kerja keras rekan-rekan pengurus yang telah banyak berkorban untuk meluangkan waktu dan tenaga,
Sesuai Tema yang di usung ( Pulih Pariwisataku & Bakit Indonesiaku) ini selaras dengan program dan keinginan IHGMA DPD Provinsi Sumatera Utara, yang ingin ikut serta membangun dan berperan serta dalam memulihkan Pariwisata Indonesia khususnya Pariwisata Sumatera Utara, sehingga nantinya mampu menggeliatkan Kembali perekonomian pariwisata pasca pandemic

Sepanjang kurun waktu 3 (tiga) tahun kepengurusan atau masa periode kepengurusan tahun 2019 – 2022, IHGMA DPD Provinsi Sumatera Utara, telah bekerja keras untuk memenuhi dan menyelesaikan visi misi dan program kerja 3 tahun ke depan,  :
Melaksanakan Program kerja One GM One SMK
Melaksanakan Pendampingan SMK Pusat Keunggulan untuk Penyelarasan Kurikulum SMK – IDUKA, bekerjasama dengan Kemendikbud Ristek.,
Bekerjasama dengan Kemenparekraf menjalankan program Desa Wisata, melalaui Pendampingan di masing-masing Desa Wisata yang ditunjuk.Serta ikut serta membantu program Usaha Kecil dan Menengah ( UMKM ) di Provinsi Sumatera Utara.


Bekerjasama  dengan Kemenaker dalam hal penyediaan tenaga pengajar/instruktur, dan ikut terlibat didalam Forum Komunikasi Pelatihan dan Industri (FKLPI).
Bekerjasama dengan Poltekpar Medan, dalam hal Praktisi Mengajar/Guest Lecture/narasumber ataupun sebagai evaluator dan lain sebagainya,
Ikut serta bersama Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota dalam melakukan promosi Pariwisata dan Program Medan Medical Tourism,
Berkolaborasi dengan PHRI Sumatera Utara dalam program Vaksinasi untuk pekerja Pariwisata di Sumatera Utara.

Meningkatan Skills Para General Manager melalui Pelatihan/Seminar bekerjasama dengan Sauta Knowledge Centre ( SKC ) serta  beberapa kegiatan lain dalam bentuk CSR untuk membangun Networking dengan stakeholder/asosiasi pariwisata yang ada di Sumatera Utara.

Program kerja/kegiatan telah laksanakan sesuai dengan visi dan misi IHGMA DPD Sumatera Utara yang telah terlaksana, dan “Menjadi tanggungjawab kita kepada pemerintah untuk menciptakan GM GM hotel berikutnya di masa depan sebagai pengganti yang sekarang ini,” tegasnya.

Presiden R.I pertama mengatakan “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah. Maka peranan Syekh Arsyad Thalib Lubis sebagai salah seorang tokoh pendiri Al Jam’iyatul Washliyah, sangat layak menjadi pahlawan nasional. Dibawah Ini adalah sekelumit kisah singkat calon pahlawan nasional negeri ini.

Syekh Arsyad Thalib Lubis melalui seluruh proses pendidikan di Sumatera Utara. Memulai sekolah dasarnya di sekolah umum Volgschool di Stabat, kemudian di tahun 1917-1920 mengkaji Alquran di madrasah Islam Stabat yang dipimpin oleh H. Zainuddin Bilah.

Pada tahun 1921-1922 belajar di Madrasah Islam Bandar Sinemba Binjai, dibawah asuhan Syekh Mahmud Ismail Lubis, melalui Syekh Mahmud, Syekh Arsyad Thalib diajarkan dan dibiasakan menulis di media massa.

Pada tahun 1932 Syekh Arsyad Thalib mendalami ilmu tafsir, hadis, ushul fikih dan fikih dari Syekh Hasan Maksum. Ilmu-ilmu tambahan didapatkan dari Syekh Hasan Maksum mengenai ilmu agama dan perbandingan agama. Selama proses belajarnya, beliau dikenal sebagai murid yang cerdas dan rajin.

Sebelum keluarga Syekh Arsyad Thalib tinggal di Stabat mereka tinggal di Paspat. Mereka pindah karena mengalami kesulitan ekonomi. Pada masa itu rakyat Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, yang sedang berusaha keras melunasi hutang mereka kepada kerajaan Belanda. Maka terjadilah kerja paksa, kuli kontrak, penguasaan dan perampasan tanah rakyat setempat.

Pada tahun 1942 Jepang masuk menjajah Indonesia. Aktif menyebarkan doktrin politik kepada umat Islam dengan program “Nippon’s Islamic Grass Roots Policy” kebijakan politik yang ditunjukan kepada para ulama dengan menjauhkan ulama dari pada sistem politik Islam.

Hal tersebut didasari dari pengamatan mereka bahwa ulama memiliki pengaruh besar terhadap umat Islam, partai-partai politik di non aktifkan, hanya himpunan-himpunan sosial dan keagamaan yang diperbolehkan.

Selain dari penjajah, pergolakan di masyarakat juga ditimbulkan oleh PKI. Tahun 1965 terjadi pembunuhan para jendral secara besar-besaran, penolakan terhadap partai-partai agama, para ulama dan umat Islam.

Pemahaman anti Tuhan disebarkan ke seluruh belahan Indonesia. Maka Syekh Arsyad Talib Lubis sangat menentang gerakan komunis ini. Beliau merayakan sebuah usaha kerjasama dengan berbagai kaum beragama untuk menghadapi bahaya komunis. Hal tersebut disampaikannya pada forum muktamar ulama se-Indonesia di Palembang.

Syekh Arsyad Thalib hidup dalam pergolakan penjajah dan musuh-musuh yang hendak menghancurkan Indonesia dan Islam. Walaupun demikian Syekh Arsyad Thalib Lubis sudah mampu berdakwah kepada masyarakat sejak usia 16 tahun. Pergolakan dan tantangan yang dihadapinya justru menjadikannya ulama yang berpendirian teguh dan berkarisma.

Syekh Arsyad Thalib tidak hanya terkenal sebagai tokoh agama dengan dakwah dengan kemampuan kristologi yang luar biasa, tetapi beliau juga pernah terlibat dalam politik Indonesia dengan menjadi pengurus di Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi), kemudian menjadi ketua pengurus Agama se-Sumatera Timur yang mana beliau adalah perwakilan pertama.

Syekh Arsyad Thalib Lubis adalah salah seoarang ulama yang berpengaruh  dari Sumatera Utara. Anak dari pasangan Lebai Thalib bin Haji Ibrahim dan Markoyom binti Abdullah Nasution itu lahir pada bulan Oktober 1908 di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Menjadi wakil bagi Indonesia dalam kunjungan ke Uni Soviet dengan beberapa ulama Indonesia yang lainnya. Syekh Arsyad Thalib juga menjadi salah satu pendiri Al Jam’iyatul Washliyah, Beliau juga aktif mengajar di beberapa madrasah Al Washliyah dari tahun 1926-1957 M.

Lalu Syekh Arsyad menjadi Canselor Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan pada tahun 1953-1954 M, menjadi guru besar di Universitas Islam Sumatera Utara pada tahun 1954-1957 M, dan pensyarah tetap di Universitas Al Washliyah sejak terbentuknya sampai akhir hayatnya.

Dalam berdakwah Syekh Arsyad Thalib Lubis tidak memandang sempit mad’unya. Tetapi yang menjadi fokus penting untuknya adalah membendung kemasukan misi Kristenisasi ke Sumatera Utara. Kemudian Syekh Arsyad Thalib juga aktif dalam Zending Islam Indonesia.

Syekh Arsyad Thalib meninggal pada 6 Juli 1972 pada usia 63 tahun. Syekh Arsyad Thalib memiliki pengaruh yang kuat, sehingga kepergiannya membawa duka bagi seluruh umat Islam, khususnya umat Islam di Sumatera Utara.

Selain Syekh Arsyaad Thalib, dalam mendirikan Al Washliyah ada nenerapa tokoh yang terlibat, antara lain H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis, H. Abdurrahman Syihab, H. Ismail Banda, H. Yusuf Ahmad Lubis, H. Adnan Nur Lubis, H. Syamsuddin, H. Sulaiman, dan lain-lain.

Medan – Medanoke.com, Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara menggelar tahtim, tahlil dan doa bersama dalam rangka dimulainya pembangunan Gedung Training Centre Al Washliyah Sumatera Utara, Asrama
Pelajar Al Washliyah Nias Selatan dan Perbaikan Kantor PW Al Washliyah
Sumatera Utara, Rabu (20/7/22)

Tahtim, Tahlil dan doa munajat bersama dilaksanakan di gedung lama bekas Musala yang berada di komplek Sekretariat Al Washliyah Sumut. Di lahan gedung lama itu nantinya akan dibangun Training Centre Al Washliyah Sumut.

“Puing-puing bangunan ini tidak dibuang, namun dijadikan untuk timbunan dan pondasi Gedung Training Centre nanti,” ujar Ketua PW Al Washliyah Sumut Dedi Iskandar Batubara saat menyampaikan sambutannya di hadapan Pengurus PB Al Washliyah Dr Ismail Efendi, ulama Al Washliyah, pengurus Wilayah dan Organ Bagian Al Washliyah Sumut dan PD Al Washliyah.

Dedi Iskandar menambahkan, traning center Al Washliyah Sumut dibangun 3 lantai yang meliputi asrama dan aula.

Selanjutnya pembangunan yang bersumber dari dana hibah Pemprovsu sebesar Rp3 miliar tersebut juga diperuntukkan untuk rehab kantor, kamar mandi PW Al Washliyah Sumut. Selanjutnya juga dilaksanakan pembangunan rumah singgah atau asrama pelajar di Nias Selatan.

“Dengan nawaitu kita segera mulai pembangunannya. Saya sedih dengan Musala ini, sejarahbga panjang, tahun 1997 masih ada ustad Abdul Halim,” kenangnya.

Senator asal Sumut ini juga menjelaskan, pelaksanaan Tahtim, Tahlil dan doa bersama untuk mengenang ulama, tokoh dan kader Al Washliyah yang telah meninggal dan berjasa berdirinya kantor PW Al Washliyah Sumut.

“Untuk itu saya juga mengajak majelis amal sosial, dakwah melanjutkan wirid ini untuk mendoakan para ulama, tokoh dan kader Al Washliyah yang telah meninggal dan menjadikan ini sebagai tradisi baru kita, saya berharap kita mulai 1 Agustus mendatang,” harapnya.

Sementara itu PB Al Washliyah yang diwakili Dr Ismail Efendi mengaku bersyukur bisa menyaksikan bangunan lama bekas Musala sebelum dirobohkan untuk dibangun Training Centre Al Washliyah Sumut.

Untuk itu, dia berharap agar semangat dan persatuan kader Al Washliyah untuk berjuang menjaga Al Washliyah.

“Semangat persatuan Mark kita jaga dan yakinlah Al Washliyah tempat kita bersatu dan berjuang dan Allah akan membantu kita,” kata Ismail Efendi.

Acara Tahtim yang dipimpin Al Ustaz Tuah Sirait, Tahlil H Muhammad Rinaldi dan Doa H Sibawaihi diakhiri dengan kumandang azan masuknya waktu salat isya. (aSp)

Medanoke.com. DELISERDANG | Al Jam’iyatul Washliyah bertekad membangun konsolidasi organisasi secara buttom up. Organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Sumatera Utara dan Aceh ini, seakan ingin napak tilas para pendiri yang berdakwah mulai dari pelosok-pelosok desa.

“Bukan menghilangkan tradisi formalistik yang bersifat lazim dilakukan selama ini, namun kedepan Al Washliyah Sumut akan membangun konsolidasi dari bawah yaitu dimulai dari madrasah dan sekolah-sekolah yang dimiliki,” ucap Ketua Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumut, Dr H Dedi Iskandar Batubara SH SSoS MSP pada pembukaan Rakerwil I PW Al Washliyah Sumut di halaman MTs Al Washliyah 22 Kecamatan Galang, Kabupaten Deliserdang, Jumat (27/5/2022).

Hadir Ketua Umum PB Al Washliyah Dr KH Masyhuril Khamis MM, Asisten I Pemkab Deliserdang Citra Efendi Capah, Ketua DPRD Deliserdang Zakky Shahri SH, Forkopimda, alim ulama, MUI Deliserdang, Pengurus Daerah Al Washliyah di antaranya Deliserdang, Medan, Paluta, Sergai, pengurus PW Al Washliyah Sumut dan Organ Bagian serta Ormas Islam dan OKP.

“Ternyata gak harus di Medan buat acara baru ramai datang, Rakerwil ini ramai hadir pada pengurus dan warga Al Washliyah, padahal tempatnya jauh. Tradisi ini harus diteruskan. Kita hadir dan melihat langsung sekolah kita dan kehadiran kita sebagai syiar membesarkan Al Washliyah,” tegasnya.

Kata senator asal Sumatera Utara ini, Al Washliyah Sumut harus membangun organisasi dari bawah. Buktinya teori Presiden Jokowi dengan konsep membangun negara ini dari desa atau pinggiran berhasil dilakukan.

“Kita lupa bahwa Al Washliyah Sumut paling banyak warganya di pinggiran. Kita jujur sepanjang pesisir dimulai dari Langkat yakni Pematang Jaya yang diujung berbatas dengan Aceh Tamiang. Kita harus mutar dan ada madrasah Tsanawiyah Al Washliyah disitu. Begitu juga di Pangkalan Susu, Secanggang sampai ke Tanjungbalai. Inilah cara kita hari ini untuk mengkonsolidasikan organisasi. Kita ingin hadir di semua madrasah dan sekolah Al Washliyah,” ujarnya seraya menyebutkan bukan sekadar organisasi mengintruksikan supaya datang ketika Milad Al Washliyah dan kedepan kita akan gilir sekolah sekolah untuk didatangi.

Dedi Iskandar juga mengatakan konsolidasi selanjutnya adalah organisasi juga bisa menjadi tempat pengaduan bagi semua lembaga pendidikan Al Washliyah sekaligus menjadi tempat solusi. “Kita ucapkan kepada Sekretaris PW Al Washliyah Sumut yang telah membangun relasi dan insya Alloh tahun ini ada 30 sekolah kita yang akan dibangun dari APBN dan bulan Juni mudah-mudahan bisa dieksekusi. Pemrovsu juga akan memberikan bantuan lagi untuk 100 sekolah Al Washliyah kita di PAPBD 2022,” ungkapnya seraya mengatakan dari sekolah Al Washliyah seperti MTs Al Washliyah Galang banyak menghasilkan tokoh-tokoh seperti Sekretaris PW Al Washliyah Sumut Alim Nur Nasution dan AKBP (Purn) Enjang Bahri, Ketua paguyuban Masyarakat Banten Sumut.

Menurut Dedi, hal itu wajar diberikan kepada Al Washliyah yang nyata melalui programnya mencerdaskan anak bangsa.
“Saya bilang sebenarnya bukan meminta, tapi hak kita untuk memerolehnya. Negara ini belum ada tetapi Al Washliyah sudah menjalankan programnya mencerdaskan anak bangsa kita. Sebenarnya urusan menyekolahkan anak bangsa ini menjadi tanggung jawab negara sepenuhnya. Tapi negara tidak mampu, kemudian masyarakat pun dilibatkan yakni Al Jam’iyatul Washliyah,” katanya sembari mengungkapkan tahun 1931 Al Washliyah Tebingtinggi sudah membangun sekolah.

“Pekerjaan Al Washliyah dari pertama berdiri, dan kami sudah pakarnya mengurusi sekolah, kami ahlinya. Tapi yang kami urus adalah masyarakat proretal (masyarakat kelas bawah), dan memang itu bagian kami dan kalau ada panca amal dan salah satu isinya mengurus fakir miskin, makanya ada panti asuhan Al Washliyah. Karena kita dari dahulu mengurusi orang miskin,” jelasnya lagi.

Dedi kembali menegaskan bahwa Al Washliyah memiliki tugas dan tanggung jawab mengurusi ummat dan mencerdaskannya.
“Dan itu yang kita lakukan dan konsisten hingga hari ini. Alhamdulillah, kita juga mendapat bantuan dari Bu menteri tenaga kerja yang datang beberapa waktu lalu memberikan bantuan Rp2 miliar dalam bentuk BLK komunitas yang kita bangun sebanyak 2 unit dengan perunitnya Rp1 miliar, Alhamdulillah. Kita akan bangun di Seirampah dan Medan,” ungkapnya.

Selanjutnya konsolidasi yang dilakukan yakni membangun komunikasi yang baik dengan jajaran dan struktur.
“Cukup banyak tokoh yang datang ke Sumut dan semuanya minta agar diterima oleh PW Al Washliyah Sumut. Saya bilang konsep moderasi beragama digaungkan hari ini, kami sejak lahir sudah moderat. Dimana moderatnya Al Washliyah, namanya Al Jam’iyyah Al Washliyah, itu sudah moderat perkumpulan yang menghubungkan. Artinya gak boleh ada yang merasa tidak punya kesempatan untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan organisasi apapun. Bahkan dengan binatang pun kita ketika belajar ke Al Washliyahan. Artinya siapapun yang datang ke Al Washliyah silakan, mau yang seakidah dengan kita atau tidak. Supaya orang tau bahwa saudara-saudara yang tidak seakidah ingin bertemu dengan Al Washliyah Sumut,” kata Dedi.

Al Washliyah komitmen independen. Kalaupun datang calon presiden atau ketua Umum parpol, tujuan tersebut agar yang datang menjadi bagian dari Washliyah, karena rumah Washliyah merupakan perkumpulan yang menghubungkan. “Tapi ingat, kedatangan tokoh-tokoh itu tidak akan menggoyangkan aqidah kami, Shibghah kami, dan mengguncangkan khittah, perjuangan kami, Wijhah kami tidak bergeser dari Shibghah kami, Al Washliyah,” tegasnya.

Sementara itu Ketua Umum PB Al Washliyah KH Dr Masyhuril Khamis MM menyebutkan bahwa pendiri organisasi Islam dalam mengembangkan organisasi datang dari pintu ke pintu dan sekolah. “Makanya tidak heran jika Al Washliyah berada di pinggiran Sumatera Utara dimulai Langkat hingga ke pesisir Sibolga dengan kondisinya yang sangat memprihatikan,” katanya.

Masyhuril Khamis juga menegaskan bahwa apa yang diperoleh Al Washliyah saat ini merupakan hak yang harus diberikan. “Ketika hak itu diberikan, Insha Allah kewajiban itu akan kami tunaikan,” ujarnya.
Bahkan, katanya, apa yang terjadi pada saat ini yakni kepincangan, kebodohan dan perpecahan, Al Washliyah tetap komit dan bersatu dengan kepentingan serta progres pemerintah saat ini.

Tiga Hal yang Dikembangkan

Sejak memimpin PB Al Washliyah, Masyhuri Khamis mengatakan ada tiga hal yang harus dikembangkan dan diberikan solusinya. Pertama, percepatan konsolidasi yang harus dimatangkan di dalam rapat kerja.
Selanjutnya, penertiban aset . Dia berharap pada Rakerwil I. Secara regulasi, PB Al Washliyah sudah mendaftarkan organisasi Islam ini di Kemenkumham serta hak paten nama Al Washliyah.

“Pada saatnya kita akan menertibkan siapapun yang memakai nama, logo dan simbol Al Washliyah. Kita berharap dengan sertifikasi semua aset Al Washliyah serta prosesnya satu pintu, maka kalau di Sumut ada 600 lebih lembar sertifikat, maka 80 persen aset Al Washliyah ada di Sumut,” jelasnya.

Sebab, aset itu merupakan wakaf yang tidak boleh diwariskan, diperjualbelikan dan tidak boleh dihibahkan. “Sudah saya hitung total aset Al Washliyah sebesar Rp2 Trlilun. Jadi hidup kita ini yang dilihat orang adalah kontribusinya bukan durasinya. Salat itu 24 jam hanya 1 jam kita diajarkan untuk salat. Salat wajib, Sunnah, qiyamullail, setelah kita kumpul-kumpul hanya 1 jam dari 24 jam. Dengan kita salat dan kumpulkan waktu satu jam itu, kontribusinya sehari semalam kita selamat dari perbuatan mungkar. Artinya kontribusi kita bukan durasi,” jelasnya.

Dan yang ketiga adalah kaderisasi. Menurutnya, di Al Washliyah ada dua organ bagian yang konsen pada kaderisasi yakni Ikatan Pelajar Al Washliyah dan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah. “Saya juga dikatakan kepada Ketua Pimpinan pusat IPA dan HIMMAH untuk membuat kaderisasi yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya, seperti di pulau Jawa,” ujarnya.

Sebelumnya Ketua Panitia Pelaksana Rakerwil I PW Al Washliyah Sumut, H. Junaedi Husda S.Ag, mengatakan pembukaan Rakerwil I PW Al Washliyah Sumut di Galang merupakan kesepakatan untuk melaksanakan di pinggiran Kota Medan.

Selanjutnya 28 Mei 2022, Rakerwil I dilaksanakan di Fave Hotel di Jalan S Parman Medan dengan peserta pengurus daerah dari 29 kabupaten, majelis, lembaga dan badan dan pengurus PW Al Washliyah, organ bagian.

Minggu 29 Mei 2022 pukul 08.30 WIB, penutupan dilaksnakan di Aula Tengku Rizal Nurdin Rumah Dinas Gubsu. Penutupan Rakerwil I sekaligus halalbihalal.

Pada kesempatan itu, rombongan PB Al Washliyah dan PW Al Washliyah Sumut dan PD Al Washliyah yang hadir meninjau pembangunan kantor PD Al Washliyah Deliserdang.(aSp)

Kota Medan. Dari pinggiran kota terbesar di Pulau Sumatera, Indonesia, itulah laki asing ini mendapatkan tiga nikmat cinta dalam hidupnya : Islam, istri solehah, dan anak si jantung hati.
 
Nama lengkapnya, Thomas Lemme bin Kuhn. Umurnya 53, akrab disapa Thomas atau kalau orang seputaran domisilinya sapa dia “Mister”. Dua puluh tahun lalu, atas nama cinta, dia meninggalkan negerinya, Jerman. Atas nama cinta pula, 4 bulan sebelum hengkang dari negeri Panzer, Thomas mulai mempelajari Islam.
 
Cinta mengantar hidayah bagi bule ini berasal dari sesosok gadis sederhana. Dialah Liliana boru Nasution, warga Desa Bintang Meriah, Kecamatan Batangkuis, Deliserdang, yang umurnya terpaut 15 tahun dengan Thomas. Batangkuis adalah salah satu kota kecamatan Deli Serdang yang berbatas dengan Medan.
 
Tak diketahui persis di mana pasangan lintas benua itu bertemu kali pertama.
“Allah yang mempertemukan (kami),” kata Thomas, lima tahun lalu. Saat itu, lima belas tahun sudah dia menghirup udara Batangkuis.
 
Itu pula masa yang membuatnya mahir berbahasa Indonesia -meski tetap dengan dialeg Wllingholzhausen, kampung kelahirannya yang bersuhu super dingin, berjarak sekira 400 Km dari Berlin, ibu kota Jerman.
 
Informasi ini didapat wartawan Anda selama 2 tahun bergaul dengan Thomas, bahkan tinggal berdekatan di Batangkuis. Ini lanjutan pengelanaan Anda mengenal sosoknya yang alim tak nampak alim.
 
Per 2002, Thomas resmi memeluk Islam dan bermukim di Batangkuis. Beberapa bulan sejak mualaf, laki tambun brewok ini pun menikahi Liliana. Sejak menjadi istri bule, para tetangga di sana kompak menyapa Liliana dengan sebutan Lili Jerman.
 
Demi Islam dan takdir jodoh, Thomas tampak mantap meninggalkan semua jejak kiprahnya selama di Jerman. Di Batangkuis, penggiat pedagogi jebolan WH Duesseldorf itu mulai mewujudkan mimpi-mimpinya bersama Lili Jerman. Rumah, salah satunya.
 
Di areal hampir 1 Rante pas seberang masjid, tahun itu juga Thomas mulai membangun istana barunya. Hasilnya? Bentuk rumahnya kontras dengan permukiman sekitar. Bukan karena megah. Tapi karena rumah itu rada bergaya arsitektur Jerman.
 
Rumah 3 kamar penuh dekoratif batu alam warna tenang beratap genteng plus rumput Jepang dan tanaman hias di teras hingga pagar itu sekilas mengingatkan rumah di negeri dongeng.
Rumah ‘bule masuk kampung’ ini persis terletak depan Masjid Al Ikhlas, Jalan Masjid, Dusun II Bintang Meriah, Batangkuis.
 
Kelar soal rumah, Thomas mulai membangun usaha. Belasan unit rumah kontrak dibangunnya di sejumlah lokasi di Batangkuis. Dia juga membuka bisnis Warnet yang kala itu baru booming. Berjarak 100 meter dari rumahnya, di Warnet itulah Thomas menghabiskan hari-harinya sejak pagi sampai jelang dini hari.
 
Bercelana ponggol, kaos oblong, dan menenggak Coca-Cola berliter-liter, Thomas tak jenuh duduk seharian di depan komputer. Tentu itu minus waktu solat 5 waktu tiba. Juga malam Jumat ba’da Isya ketika dia mengikuti pengajian rutin bergilir di lingkungan tempat tinggalnya. “Islam agama yang hebat. Tapi penganutnya banyak yang nyimpang,” katanya, sekali tempo selepas kegiatan wirid.
 
Saban kelar menjalankan ‘urusan langit’, Thomas pun kembali ke rumah keduanya, Warnet. Internet membuatnya harus tetap terkoneksi dengan para sahabat di Jerman atau Eropa.
 
Komunikasi rutin itulah yang kemudian membuat satu dua bule saban tiga bulan datang, menginap di rumah Thomas. Kalau sudah begitu, barulah Thomas absen dari Warnet. Menyetir Gran Max MB hitam sambil telanjang dada, tamu itu dibawa Thomas ke lokasi wisata favorit di Sumatera Utara. Lili Jerman sesekali turut serta.
 
Sampai di sini, Thomas menyebut Allah telah melimpahkan banyak anugerah padanya. Ajaran Islam yang bikin hatinya teduh, layanan istri solehah, rezeki selalu lancar, kesehatan tetap terjaga menjadi bagian dari rahmat tak terkira itu. Tapi manusia acap tetap merasa kurang.
 
Masih ada mimpi terindah Thomas yang masih indah dalam angan semata. Ini sebangun dengan mimpi Liliana sang istri. Doa sekuat hati terus mereka panjatkan siang malam, tapi takdir soal satu itu belum juga berwujud nyata. Padahal hasrat tentang itu sangat manusiawi. What the hell, man?
 
Ini terkait dua kamar di rumah Thomas – Liliana yang belum punya penghuni tetap. Dua kamar desain klasik itu amat didamba menjadi hunian untuk dua buah cinta pasangan beda kultur ini. Alih-alih dua, pun lebih lima tahun nikah pasangan ini belum juga dikaruniai seorang anak.
 
Pun begitu, Gusti Allah ora sare. Thomas yakin itu. Guna menguatkan sabar, keyakinan soal itu bahkan diselaminya lewat kisah Nabi Zakaria AS. Termasuk doa ampuh sang nabi uzur yang akhirnya dikaruniai anak, Yahya AS, yang menjadi nabi Allah sejak usia kanak.
 
Rabbi hab lî mil ladungka dzurriyyatan thayyibah, innaka samî‘ud-du‘â’. Lantunan doa Nabi Zakaria AS menginginkan anak yang diabadikan dalam Al Qur’an Surah Ali ‘Imran: 38 itu sering dipanjatkan Thomas dan Lili Jerman.
 
Dan surah itu memang lagi-lagi membuktikan keajaibannya. Ujian kesabaran untuk pasangan ini berakhir di usia 10 tahun pernikahan. Hari bahagia lama dinanti itu datang pada 2 Februari 2012. Thomas dan Lili Jerman dikaruniai anak laki bertampang bule habis.
 
Bertubuh kecil seperti Liliana, si ganteng itu diberi nama Attila Konstantin. Lalu persis 10 bulan paska kelahiran Attila, anak kedua idaman pasangan ini pun lahir. Dialah si cantik Kayla Laeticia.
 
Karunia Allah telah memberikan sepasang anak sehat dan pintar langsung kontan membuat rumah tangga Thomas dan keluarga besarnya riang tak terkira. Bersama Liliana, Thomas pulang kampung memboyong Attila dan Kayla. Keluarga bahagia ini menghabiskan waktu sebulan di Jerman.
 
Balik Medan dan bertahun kemudian,  sebuah takdir pun seketika menghentak
Thomas. 29 Agustus 2017… Allah memanggil Liliana. Ibu dua anak tercinta Thomas itu wafat akibat serangan ginjal akut. Dia terpukul. Begitu juga dua jantung hatinya yang masih kecil. Dan, takdir maut istri tercinta pun segera mengubah jalan hidup Thomas.
 
Per 2019, Thomas memutuskan kembali ke Jerman. Tentu dengan turut membawa Attila dan Kayla. Kepergian anak beranak ini terjadi setelah semua urusan dengan keluarga besar Liliana  kelar, termasuk soal ahli waris. Penjelasan tentang masalah terakhir tertuang dalam Putusan Pengadilan Agama (PA) Lubuk Pakam No. 161/Pdt.P/2017/PA.Lpk tanggal 10 Oktober 2017.
 
Sejak itulah, saban Ramadhan atau Idul Fitri datang,  Thomas pun merasakan rindu yang mendalam. Rindu tentang kenangan kemeriahan bulan suci dan hari fitri kala dia, istri dan dua anak mereka bermukim di Batangkuis. Dua momen perayaan suci umat Islam itu dijalani Thomas di Medan atau Deliserdang selama 17 tahun. Sebuah masa lumayan panjang.
 
Karena itulah, kerinduan religi bercampur bayangan wajah almarhumah istri itu saat ini amat dirasa Thomas karena Islam di Jerman adalah agama kaum minoritas. Alih-alih mendengar gema takbir Idul Fitri atau lantunan ayat suci dari ibadah tarawih saban malam Ramadhan yang kuat mengalun dari sepiker masjid depan rumahnya di Batangkuis, Thomas dan dua anaknya kini bahkan tak lagi bisa mendengar azan tanda solat lima waktu sehari tiba.
 
Itu karena masjid satu-satunya di wilayah tinggal mereka  berjarak puluhan kilometer dari rumah. Thomas dan dua anaknya kini tinggal di Melle, kota kecil bersuhu dingin. Jarak Melle dengan Berlin, ibu kota Jerman, setara perjalanan Medan – Padang Sidimpuan.
 
“Ya teringat mama, teringat ketupat (lebaran),” celoteh Attila lewat sambungan video WhatsApp dengan Fahri Ahmad (12), temannya di Medan, pada hari ketiga lebaran 1443 Hijriah,
Rabu (04/05/2022) malam. Terdengar sedih. Saat ngobrol, bahasa Indonesia gaya Medan anak umur 10 tahun itu terdengar telah bercampur logat Jerman.
 
Meski tak lagi akrab dengan lantunan indah azan dari sepiker masjid, Attila mengaku papanya mewajibkannya  menjalankan solat lima waktu. Alhamdulillah.

Ditulis oleh :
Ahmad FM,
Jurnalis Medanoke.com
 

Medanoke.com-Medan, Pengurus Wilayah (PW) Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara akan menggelar Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) I berlangsung selama tiga hari, 27 hingga 29 Mei 2022, dengan mengusung tema ‘Optimalisasi Program Kerja Panca Amal Al Washliyah’.

Di hari pertama, Jumat 27 Mei 2022 Rakerwil I akan berlangsung di MTs Al Washliyah 22 Galang, Kabupaten Deliserdang dan dibuka oleh Ketua Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumut, Dedi Iskandar Batubara. Kemudian, di hari Kedua, Sabtu 28 Mei 2022. Rakerwil berlangsung di Fave Hotel di Jalan S Parman, Kota Medan.

Selanjutnya, hari ketiga, Minggu 29 Mei 2022. Pada hari ini penutupan Rakerwil Al Washliyah direncanakan di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumut dan dihadiri Gubernur Sumut, Edy Rahyamadi.

Sekretaris PW Al Washliyah Sumatera Utara, Alim Nur Nasution SE MM menjelaskan selama pengurusan PW Al Washliyah Sumatera Utara dipimpin Dedi Iskandar Batubara, baru kali digelar Rakerwil. Hal ini terkendala dengan pandemi Covid-19 melanda Indonesia, termasuk di Provinsi Sumut ini.

“Ini merupakan rapat kerja kami pertama selama dua tahun periodesasi kami PW Al Washliyah Sumatera Utara berhubung dua bulan setelah terpilih. Kita mendapatkan ujian. Terpilih di bulan Februari tepatnya April Mei sampai Juni sudah dimulai Covid-19 se Indonesia. Akhirnya memang, tahun 2022 ini suasana kita mudah-mudahan sudah normal kembali,” ucap Alim dalam jumpa pers di Kantor PW AL Washliyah di Jalan SM Raja, Kota Medan, Selasa (24/5/2022) petang.

Dalam jumpa pers tersebut, juga dihadiri oleh Ketua Panitia Pelaksana Rakerwil I PW Al Washliyah Sumut, H. Junaedi Husda S.Ag, MM, Sekretaris Panitia Gusliadi Ritonga S.Ag dan Ketua Steering Commite, Drs Anshoruddin MH.

Alim berharap Rakerwil kali ini, tentu akan membangun sebuah kerja-kerja organisasi yang sesungguhnya Al Washliyah ini tidak keluar dari Panca Amalnya. Ia mengatakan, fokus Rakerwil ini bertitik berat kepada persoalan pendidikan dan juga persoalan dakwah di tengah-tengah masyarakat.

“Ini menjadi sebuah prioritas bagaimana ini menjadi prioritas dalam rapat kerja pertama kami ini. Selanjutnya, rapat kerja ini membahas tentang saatnya Al Washliyah juga ikut bagaimana menyelesaikan persoalan persoalan keummatan, terutama pengembangan dan pemberdayaan ekonomi keummatan. Ini menjadi juga bahasan dari seluruh pengurus wilayah yang juga akan menjadi agenda kami nanti dalam raker wilayah ini,” jelas Alim.

Alim mengatakan PW Al Washliyah dibawah kepemimpinan Dedi Iskandar telah melaksanakan sensus anggota dimulai dari tingkat Desa, Kecamatan hingga Kabupaten/Kota.

“Kenapa kita yang sudah 91 tahun kok ini data keanggotaan Al Jam’iyatul Washliyah belum terdata dengan baik. Makanya, lebih kurang 4 bulan yang lalu, Al Washliyah meluncurkan program sensus Warga Al Washliyah. Yang nantinya kami berharap dengan sensus itu lahir lah kepemimpinan pengurus Al Washliyah di tingkat desa dan Kelurahan se Sumatera Utara,” kata Alim.

Alim mengatakan tujuan sensus anggota ini, diharapkan dapat terbangunnya ranting Al Washliyah atau berdirinya struktur Al Washliyah ditingkat desa. Sehingga, ia mengungkapkan bertambah solidnya seluruh pengurus dan kader Al Washliyah.

Alim mengungkapkan Al Washliyah merupakan Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia khususnya Sumatera Utara yang memiliki 619 sekolah, 5 Perguruan Tinggi, 1 BPRS dan 6 ribuan dai dan ustazd.

“Kita kan pingin Al Washliyah itu lahir dengan kebermanfaatan. Kemudian, juga menjadi solusi probelematika keummatan,” sebut Alim.

Ketua Panitia Pelaksana Rakerwil I PW Al Washliyah Sumut, H. Junaedi Husda S.Ag,  mengatakan untuk persiapan Rakerwil I Al Washliyah sudah mencapai 75 persen.

“Rapat kerja wilayah ini, hasil-hasil dilahirkan ini merupakan keputusan Rakerwil secara hukum dam secara teknis menuju Rakernas pada bulan Juni 2022 mendatang. Dengan dinamika yang tinggi dapat memberikan masukan kepada Pengurus Besar Al Washliyah,” kata Junaedi.(aSp)

Medanoke.com-Medan, Forum Wartawan Kejaksaan (Forwaka) Sumut menggelar halal bi halal dalam rangka mempererat silaturahmi guna menunjang tugas kemitraan dunia jurnalistik. Acara berlangsung sederhana dan penuh keakraban itu dilaksanakan di warung kopi (Warkop) dekat Kantor Kejatisu, Rabu (18/5/22).

Forwaka mengundang Kajatisu Idianto diwakili Kasi Penkum Kejatisu, Yos A Tarigan SH, MH, yang disambut Ketua Forwaka Sumut, Martohab Simarsoit SH MH, Sekretaris Forwaka Andri Syafrin Purba, S.Sos dan Penasehat Forwaka Sumut, Zainul Arifin Siregar SAg serta para pengurus maupun anggota wartawan Forwaka Sumut lainnya.

Ketua Forwaka Sumut, Martohab Simarsoit dalam sambutannya mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada sahabat wartawan yang merayakannya.

Dikatakan Martohab dengan pertemuan halal bi halal semakin mempererat tali silaturahmi antara wartawan dengan pihak Kejaksaan dalam memberikan sumbangsih kritik dan saran membangun mendukung penegakan supremasi hukum.

Lebih lanjut diharapkannya bahwa ruang lingkup peliputan tidak hanya sebatas kejaksaan namun juga hendaknya didalam ruang lingkup hingga persidangan di Pengadilan. “Karena sama-sama kita ketahui antara pengadilan dan kejaksaan saling bersinergis,” ucapnya.

Senada dengan itu, Kasi Penkum Kejatisu Yos A Tarigan menyampaikan bahwa peran media mempunyai posisi penting dalam penegakan hukum.

“Khususnya dalam upaya pencegahan tindak pidana,” ujar Yos yang sebelumnya pernah menjadi wartawan.

Dikatakan Yos bahwa Wartawan dan Kejaksaan, merupakan mitra strategis dalam proses penegakan hukum. “Kemitraan ini perlu dibangun, ditingkatkan, dan dipertahankan, terlebih dalam menunjang tugas tugas kejaksaan selaku Pengacara Negara,” tuturnya.

Halal bi halal antara Kejatisu dan Forwaka diisi dengan dialog hukum dan diakhiri dengan saling bersalaman serta bermaaf-maafan. “Di bulan Syawal ini, masih suasana Idul Fitri, kami dari Kejatisu mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan bathin,” ucap Yos. (aSp)