Catatan : Bang Harun
www.medanoke.com- Pilgubsu tinggal menghitung hari. Masa kampanye telah berakhir. Tinggal rakyat Sumatera Utara merenung dan bertanya pada hati nuraninya. Pemimpin yang bagaimana yang harus dipilih. Pemimpin yang berkarakter, matang pengalaman, tegas dalam bersikap, berani bertanggungjawab, dan yang terpenting dekat dengan semua kalangan atau lapisan masyarakat. Atau pemimpin yang muncul tanpa melalui proses panjang pengkaderan alias karbitan, tidak punya pengalaman yang jelas sehingga terkesan mencla-mencle, kalau bermasalah selalu buang badan dan mengorbankan bawahan dan yang paling buruk adalah hanya dekat dengan kalangan elit dan kroninya. Looo
Artinya rakyat Sumatera Utara hanya punya dua pilihan yaitu calon gubernur berpengalaman atau yang karbitan?
Tulisan berikut hanya sekadar memberikan pencerahan untuk rakyat Sumatera Utara tentang pemimpin yang bagaimana yang harus dipilih demi kemaslahatan rakyat Sumatera Utara.
Sebenarnya banyak faktor yang dapat kita analisis tentang kedua calon pemimpin ini tapi kita hanya akan lihat tiga faktor utama yaitu (1) Faktor Leadership dan Pengalaman Memimpin, (2) Faktor Lingkungan dan Backing Personal, dan (3) Faktor Moral.
Mari kita analisis satu per satu. Edy Rahmayadi sangat jelas perjalanan kariernya. Dengan berlatar belakang militer Edy Rahmayadi mempunyai track record yang jelas pengalamannya memimpin dengan jabatan terakhir di militer sebagai Pangkostrad dengan tiga bintang di bahunya (pangkat terakhir Letnan Jendral, jika tidak mengundurkan diri dari militer bisa jadi pensiun dengan status jendral bintang empat).
Dengan track record seperti itu Edy Rahmayadi mempunyai bargaining position yang lebih kuat diantara Forkopimda nanti. Edy Rahmayadi akan dengan mudah berkoordinasi dengan pimpinan daerah lainya di TNI, Kepolisian, Kejaksaan dan Legislatif.
Hal ini sudah dibuktikannya pada periode pertama menjadi Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 lalu. Selama kepemimpinannya periode pertama, kondisi ipoleksosbud sangat kondusif. Tidak pernahh kita dengar ada masalah krusial yang muncul.
Artinya kepemimpinan Edy Rahmayadi sudah teruji. Kegiatan Pemerintahan berjalan tertib dan aman serta menerima berbagai penghargaan tingkat nasional. Meskipun pembangunan agak tersendat karena adanya musibah Covid-19. Memang tidak proyek mercusuar tapi pembangunan dengan dana APBN tetap berjalan sesuai rencana. Yang paling penting Edy Rahmayadi berhasil menyelesaikan hutang Pemprovsu dan pada akhir kepemimpinannya Edy Rahmayadi masih menyisakan dana sebesar Rp. 1 Triliun lebih.
Dalam hal faktor lingkungan dan backing personal, Edy Rahmayadi dipastikan tidak ada kaitannya dengan dinasti. Transparan terlihat Edy Rahmayadi tidak “membebek” kepada rezim, oligarki dan dinasti. Selalu bersikap profesional dan netral dalam menjalankan pemerintahan di daerah. Itu menggambarkan sosok yang berintegritas dan tegas.
Edy Rahmayadi juga tidak punya catatan KKN selama menjual Gubernur Sumatera Utara. Anak dan menantunya tidak satu pun diberi peluang mengerjakan proyek pemerintah dan tidak ada yang didukung untuk berpolitik. Tidak ada indikasi Edy Rahmayadi membangun dinasti politik sendiri.
Fator ketiga tentang moral. Edy Rahmayadi diketahui sangat kuat dan taat agamanya. Selalu sholat subuh berjamaah di masjid dan sangat dekat dengan ulama. Kehidupan rumahtangga nya juga harmonis. Tidak pernah terdengar isu perselingkuhan.
Itulah tiga faktor esensial yang harus kita lihat pada diri sesorang pemimpin sebagai pedoman untuk menentukan pilihan pada 27 November 2024 nanti.
Kita semua berharap Pilkada ini betjalan demokratis tanpa kecurangan yang sistemik sehingga kita mendapatkan pemimpin yang benar-pemimpin untuk 18 juta rakyat Sumatera Utara. Bukan pemimpin untuk dirinya dan kroninya saja. (*)
Penulis adalah Jurnalis, Wakil Ketua DPW Ikatan Media Online Sumatera Utara.