KEKERASAN pada anak tentunya bakal meninggalkan bekas mendalam bagi sang anak. Berbagai media telah menyiarkan anak-anak yang telah dianiaya bahkan ada sampai kehilangan nyawa. Tak hanya media, buku-buku karya fiksi juga mencerminkan kekerasan pada anak serta dampak yang terus terbawa sampai dewasa.
Melewatkan masa kecil dengan siksaan, tentu saja membekas dan mampu memunculkan trauma. Bahkan ketika sudah dewasa bayang-bayang kekerasan itu masih terngiang dalam benak.
Melalui artikel Alodokter berjudul Efek Kekerasan pada Anak Bisa Berlanjut Hingga Dewasa mencatat bahwa anak korban kekerasan mungkin saja mengalami gangguan emosi, penurunan fungsi otak, tidak mudah memercayai orang lain, sulit mempertahankan hubungan pribadi, berisiko menjadi pelaku kekerasan pada anak atau orang lain dan mengalami gangguan kesehatan baik secara psikis maupun psikologis.
Gangguan psikologis yang dimaksudkan antara lain depresi, serangan panik, gangguan makan, PTSD, dan keinginan bunuh diri.
Beberapa novel menyinggung topik kekerasan terhadap anak beserta efeknya setelah dewasa. Pada buku RD LIGHT, karakter bernama Shigeru diceritakan pernah dianiaya ayah kandungnya yang pemabuk. Selain itu Shigeru juga harus menyaksikan ibu dan adik perempuannya dipukul sang ayah. Perasaan bersalah kerap menghantuinya sebab dia tak mampu melindungi keduanya meskipun dia anak laki-laki. Pada akhirnya Shigeru yang sudah tak tahan dipukuli pun berusaha membela diri yang berujung pada kematian ayahnya.
Perasaan bersalah ini kemudian memengaruhinya hingga dewasa. Pengalamannya dianiaya ayah pemabuk membuatnya benci orang yang minum-minum dan mabuk hingga tubuhnya bau alkohol. Dia juga hanya bisa memercayai ketiga sahabat baiknya yang membentuk band rock dan tinggal bersamanya setelah kematian ayahnya. Shigeru benci melihat orang yang badannya lebam-lebam karena itu mengingatkannya pada kekerasan yang dia alami di masa lalu.
Ketika akhirnya dia jatuh cinta pada stylist sekaligus assistant manager yang baru, dia merasa tak pantas mengutarakannya ataupun menjalin hubungan dengan gadis tersebut. Pergolakan batin Shigeru yang didasari trauma akan masa lalunya ditulis dengan begitu nyata oleh penulis, Ruth Priscilia Angelina.
Kekerasan terhadap anak tidak hanya berupa fisik tapi bisa juga dalam bentuk pengabaian, atau orangtua tidak memedulikan anak yang seharusnya mereka asuh dengan baik. Karakter Bee dalam novel All That is Lost Between Us karya Winna Efendi mengalami hal ini. Bee merupakan anak di luar nikah yang dilahirkan ibunya ketika dia masih kuliah kedokteran.
Akibat kehadiran Bee, pendidikan sang ibu jadi terhambat. Bee lebih sering dititipkan kepada neneknya sementara ibunya sibuk kuliah dan meniti karir sebagai dokter. Pada satu kilas masa lalu, Bee ingat ibunya pernah berkata “I wish I never had you.” pada ulang tahunnya yang ketujuh. Perkataan itu membuat Bee merasa dia adalah kesalahan yang disesali ibunya.
Pengalaman pahit ini kemudian memengaruhi keputusan-keputusan yang diambil Bee ketika dia dewasa, keputusan yang pada akhirnya merusak hubungannya dengan Bas, lelaki yang dia cintai dengan tulus. Pengabaian terhadap anak juga dialami Vanka, karakter dalam novel Harapan dari Tempat Paling Jauh.
Dalam novel tersebut Inggrid Sonya menceritakan Vanka yang terpaksa hidup terpisah dari sang ibu sejak kecil. Sama seperti Bee, Vanka merupakan anak di luar nikah. Masalahnya ibu Vanka merupakan tokoh politik yang cukup berpengaruh di tanah air sehingga memiliki anak haram merupakan aib yang harus ditutupi.
Oleh sebab itu, Vanka harus hidup terpisah dengan ibunya. Kerinduan Vanka untuk tinggal bersama ibunya memengaruhi hubungannya dengan anak-anak sepantarannya. Dia sulit berteman sebab dia terobsesi menjadi anak yang diinginkan ibunya, anak yang boleh tinggal bersama ibunya. Pada akhirnya kekerasan yang terjadi kepadanya memengaruhi mentalnya secara signifikan.
Meski ketiga buku di atas merupakan karya fiksi, para penulis menghadirkan kekerasan terhadap anak dan dampaknya dengan sangat nyata. Pada ketiga buku tersebut dampak emosional yang paling terasa terjadi kepada para korban kekerasan. Mulai dari perasaan tidak pantas, perasaan tidak diinginkan, hingga jelas-jelas terganggu melihat sesuatu yang mengingatkan mereka akan kekerasan yang dialami.
Dampak kedua yang paling jelas terlihat adalah sulitnya hubungan para tokoh dengan orang di sekitar mereka. Trauma masa lalu menyebabkan mereka sulit membangun hubungan, baik pertemanan maupun asmara. RD LIGHT, All That is Lost Between Us, dan Harapan dari Tempat Paling Jauh menjadi cerminan kekerasan terhadap anak yang terjadi di masyarakat, serta menggambarkan efek yang dialami para korban kekerasan setelah dewasa. (Jeng)